Kamis, 28 April 2011

Sastra PGSD


STIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA DAN SASTRA

( PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI  SEKOLAH DASAR)


S 1      PGSD


O

L

E

H


Drs. S U K A D I






Pembelajaran Apresiasi Sastra


Pembelajaran Sastra Sekolah Dasar meliputi:

1.     Hakikat sastra anak
-         pengertian,
-         sifat,
-         hakikat,
-         ciri-ciri,
-         jenis,
-         dan fungís.

2.     Apresiasi sastra anak
-         pengertian apresiasi anak,
-         kegiatan apresiasi,
-         tingkat-tingkat apresiasi anak,
-         manfaat apresiasi anak.
    
3.     Pembelajaran apresiasi anak
-         persiapan memilih bahan,
-         memilih metode pembelajaran anak,
-         pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
-         evaluasi pembelajaran sastra anak.


Dengan pembelajaran ini, diharapkan guru sekolah dasar mendapatkan bekal/konsep

dasar dalam pengembangan tindak lanjut (mengerjakan tugas-tugas) dan melaksanakan

praktik mengajar di depan kelas.

HAKIKAT SASTRA ANAK

A.   PENGERTIAN, SIFAT, DAN HAKIKAT SASTRA ANAK
Secara garis besar pengertian sastra anak ‘karya seni yang imajinatif dengan unsur estetikanya dominant yang bermediumkan bahasa, baik lisan ataupun tertulis, yang secra khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak’.

Sebenarnya kata sastra anak merupakan dua kata yang dirangkai menjadi satu, yaitu kata sastra dan anak.
-Sastra berarti ‘karya seni imajinatif dengan unsur estetikanya dominan bermediumkan bahasa’ (Rene Wallek, 1988).
-Sedangkan kata anak diartikan ‘manusia yang masih kecil’ (KBBI,1988: 31) atau ‘bocah’ (KBBI,1988: 123).
Sementara itu, Riris K. Toha Sarumpaet (1976: 21) menyatakan bahwa sastra anak adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua.

Istilah sastra anak merupakan istilah umum untuk menyebut sastra yang semata-mata bergenre prosa, seperti dongeng, legenda, mite, yang diolah kembali menjadi cerita anak.
Istilah bacaan anak lebih menekankan pada media tertulis, bahasa tulis, dan bukan bahasa lisan. Bacaan anak tidak bersifat fantasi atau sastra, namun bacaan yang bersifat ilmu pengetahuanpun termasuk bacaan anak dan  bersifat umum.

Sifat dan hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sifat fantasi yang serba mungkin pada diri anak, baik benda mati maupun benda hidup, itu berjiwa dan bernyawa, seperti mereka sendiri. Disitulah letak kekhasan hakikat sastra anak, yaitu bertumpu dan bermuda pada penyajian nilai dan himbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam alam kehidupan mereka (Sarumpaet, 1976: 29).

B. CIRI SASTRA ANAK  
Riris K. Toha Sarumpaet (1976: 29-32) menyatakan bahwa ada 3 ciri yang menandai cerita anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa.
1. Unsur pantangan, yaitu unsur yang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat.
    Secara umum menghindari persoalan-persoalan yang menyangkut seks, cinta yang
    erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk, jahat, dan
    kematian.
2. Penyajian dengan gaya secara langsung, yaitu sajian cerita merupakan deskripsi 
    Secara singkat dan langsung menuju sasaran. Menampilkan dialog dan perilaku yang
    jelas yang mengarah pada tokoh utama. Sehingga tahu sifat tokoh baik dan jelek.
 3.Fungís terapan, yaitu sajian cerita yang harus bersifat iformatif dan mengandung
    unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, ketrampilan khusus
    maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi terapan dalam sastra anak ditunjukkan
    oleh  unsur intrinsik pada teks karya sastra.  

C. JENIS SASTRA ANAK

Seperti karya sastra pada umumnya, jenis sastra anak juga berupa bentuk prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi sastra anak adalah yang paling banyak pada anak, sedangkan drama jarana sekali dibaca anak.
Hakikat dan sifat sastra anak dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
(1)   jenis karya sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari
alam benda mati, seperti batu, sungai air, lautan, sepatu, dan kue;
(2)   jenis karya sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari
alam benda hidup yang bukan manusia, seperti bunga sepatu, buaya ikan hiu,    si Kancil, dan rumput;
(3)   jenis karya sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari
alam manusia itu sendiri, seperti dalam kisah Ciderella, Putri Kerudung Merah, Bawang Merah dan Bawang Putih, dsb.
       Jenis sastra anak walaupun tidak menghadirkan tokoh manusia, tokoh-tokohnya tetap dapat berbicara dan berperilaku seperti manusia.

D. FUNGSI SASTRA ANAK

     Ditinjau dari segi pragmatik, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreatifitas atau ketrampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak. Baik dari apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ataupun simbul dari judul yang dipakai. Juga pengetahuan yang menjadi bentuk kepribadian dan kepahlawanan.
     Selain fungsi pendidikan dan hiburan, Suwardi Endraswara (2002), sastra anak berfungsi membentuk kepribadian, dan menuntun kecerdasan emosi anak. Emosi anak akan terbangun melalui karya sastra yang dibacanya. Dengan sendirinya anak akan terbentuk dengan cara menuntut sesuai dengan apa yang diketahui melalui membaca karya sastra tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar